Revitalisasi Bahasa Daerah di Tengah Modernisasi
Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, menjadikannya salah satu negara paling beragam linguistik di dunia. Namun, di tengah arus modernisasi dan dominasi bahasa Indonesia serta bahasa internasional, banyak bahasa daerah menghadapi ancaman serius, bahkan kepunahan. Upaya revitalisasi menjadi krusial untuk menjaga warisan budaya tak benda ini.
Ancaman utama datang dari pergeseran linguistik di kalangan generasi muda. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, dan bahasa Inggris, sebagai bahasa global, mendominasi media, pendidikan, dan lingkungan kerja. Akibatnya, anak-anak dan remaja di perkotaan seringkali tidak lagi menguasai atau bahkan tidak mengenal bahasa ibu mereka, memutus rantai pewarisan bahasa secara alamiah.
Revitalisasi bahasa daerah bertujuan untuk menghidupkan kembali dan mempromosikan penggunaannya di berbagai ranah kehidupan. Salah satu program yang efektif adalah melalui pendidikan formal. Memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran wajib atau pilihan, serta menggunakannya sebagai bahasa pengantar di tingkat awal, dapat membantu menanamkan kecintaan dan kemampuan berbahasa pada anak-anak.
Selain pendidikan, pemanfaatan teknologi dan media digital sangat penting. Pembuatan kamus digital, aplikasi belajar bahasa, dan konten kreatif di media sosial (video, podcast) menggunakan bahasa daerah dapat membuatnya terlihat relevan dan menarik bagi kaum muda. Komunitas lokal juga memainkan peran sentral dengan mengadakan festival budaya, pertunjukan seni, dan pertemuan berbasis adat yang mewajibkan penggunaan bahasa daerah.
Bahasa adalah jendela budaya. Setiap bahasa daerah mengandung kearifan lokal, sejarah, dan pandangan dunia yang unik. Hilangnya bahasa berarti hilangnya pengetahuan dan identitas. Oleh karena itu, revitalisasi bahasa daerah bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kolektif masyarakat, untuk memastikan bahwa kekayaan linguistik Nusantara ini terus hidup dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.